Semester
6 baru saja dimulai, Alysa memulai kembali harinya dengan semangat. Bagaimana
tidak? Sebentar lagi Ia akan menghadapi serangkaian ujian, dari mulai dari ujian
praktek, sekolah, dan finalnya, ujian nasional. Selain sekolah, kerja kelompok,
les dan kegiatan organisasi lainnya, disela kesibukannya itu Ia masih suka
bermain-main dengan laptopnya, menulis, membaca buku, terkadang browsing atau
online, Ia juga menjadi pendengar setia salah satu radio di kotanya.
Awal cerita ini karena Alysa suka merequest
lagu nasyid di radio kesayangannya. Ya itu awal cerita ini, Ia berkenalan
dengan seorang ikhwan, Fadil namanya. Fadil adalah seorang siswa SMK kelas 3
disalah satu pesantren yang cukup terkenal. Suatu hari saat Alysa sedang
bermain twitter sambil mendengarkan radio, satu interaksi masuk ke notifikasi
mentionnya, “Follow back, suka dengerin mq juga?” Mmm, siapa? gumam Alysa dalam
hati. Chatting, mention dengan Fadil menjadi berkepanjangan, sekarang Alysa
lebih sering online. Terkadang Fadil suka merequest lagu dan mengirimkan salam
silaturahmi untuk Alysa, begitupun Alysa sebaliknya. Chatting ataupun mention
dari Fadil tidak pernah membuat Alysa bosan, terkadang menghiburnya mebuat
Alysa tertawa. Teman-teman Alysa terkadang nyeletuk “Udahlah Al, kamu jadi aja
sama Fadil, calon mahasiswa FKG loh!” Alysa menjawabnya sambil tertawa “Wah sama
dokter gigi gitu?”
Rutinitas Alysa bertambah, Fadil
sering sekali memberikan semangat kepadanya, memberikan secangkir harapan,
“Semangat Al, Lillah ya!”. Fadil sering mengajarkannya arti kehidupan,
memberikan saran ataupun kritik, menjadi pendengar ceritanya. Ya, Fadil
mengerti . Ujian Nasional baru saja usai dijalani Alysa bulan ini, Mei. Fadil sudah lebih dulu selesai pada bulan
April. Sebentar lagi Fadil akan menjadi mahasiswa, Alysa? Sebentar lagi Ia pun akan
menjadi siswi SMA.
Pernah suatu ketika, saat Alysa
chatting dengan Fadil, Fadil berbiara tentang calon. Calon? Itu masih terlalu
panjang! Saat bangun pagi Alysa pernah terperanjat saat mencek twitternya,
Fadil menggunakan foto Alysa saat masih bayi menjadi avatar akun twitternya.
Umi Alysa tau akan hal itu, malamnya Alysa dimarahi habis-habisan, “Kenapa Kau
berikan foto mu saat bayi kepada ikhwan Al?” Al hanya menjawabnya dengan gelengan
kepala. Fadil juga pernah membuat tweet “ Sa, kalau sudah besar mau jadi apa?
Tanya bu guru. Aku ingin menjadi dokter hafizh bu, jawab Sasa. Adil, kalau
sudah besar kamu mau jadi apa? Jadi Imamnya Sasa bu.” Tweet ini membuat Alysa
tertawa, teman-teman Alysa semakin ramai meledek Al.
Suatu
siang Rahma datang berkunjung ke rumah Al, Rahma adalah sahabat Alysa dari
kecil.
“Al,
kamu tau ngga?” Rahma membuka pembicaraan.
“Tau
apa? Bukan kah kau belum menceritakannya?” Alysa tertawa.
“Kak
Fadil Al, kemarin aku bertemu dengannya saat mengikuti test di Pesantren!” Ujar
Rahma dengan mata berbinar.
“Oh
ya? Kau bertemu dengannya?” Al penasaran. Al baru ingat Rahma akan meneruskan sekolah
ke SMK di pesantren yang sama dengan Fadil, dunia ini terasa sempit.
“Jadi
kemarin aku kehausan Al, Nah kebetulan banyak stand bazar. Waktu aku beli
minum, kebetulan Kak Fadil yang menjaga stand bazarnya. Aku bertanya padanya,
“Kak Fadil kan?” Kak Fadil jawab, “Iya, loh kok tau?” “Saya temannya Alysa kak”
“Oh temannya Alysa tho, Rahma ya? Salam kenal.”
Oh ya aku juga bertanya padanya, “Kak suka sama Al ya?” tapi, kak Fadil
hanya menjawab dengan tawa. Hmm, dan ia juga menitipkan salam untukmu Al.”
“Waalaikumsalam.
Mmm, Kak Fadil itu aslinya gimana Ma?” Al bertanya lagi.
“Orangnya
itu tinggi, kulitnya sawo matang, rambutnya keren, suaranya duh duh kayak
penyiar radio, dan bibirnya itu loh Al seksi hahahahahahaha, Ia juga jago main
sepeda loh Al.” Rahma tertawa menjawab pertanyaan Al kali ini.
“Seksi
gimana?”
“Ya
gitu, itu sih pendapat aku. Nah kalau kamu ketemu sama dia, mungkin beda lagi
pendapatnya.” Jawab Rahma.
“Oh
iya deh.”
“Al,
kamu suka kan sama Kak Fadil? Jujur!” Tanya Rahma memaksa.
“Engga
kok, Kak Fadil itu temen aja, kenalan, dia itu enak diajak ngobrol Ma.” Jawab
Al.
“Ehehe
kirain kamu juga suka ke dia,” Rahma terkekeh.
Siang
itu Alysa dan Rahma bercerita ngalor ngidul, seperti sahabat yang lama tak
jumpa. Rahma adalah seorang yang pengertian, gadis cantik, dengan mata belo,
lesung pipit di pipi dan senyum yang indah. Ah Rahma, tak terasa bukan,
sebentar lagi kita akan berpisah? Aku di Tanggerang, dan kau di Bandung
melanjutkan studi kita masing-masing.
Cerita
tempo hari masih berkelanjutan, Alysa dan Fadil semakin akrab. Sasa adalah
panggilan sayang Fadil untuk Alysa. Suatu hari Alysa iseng bertanya kepada
Fadil. “Dear Alysa dong.” Dan Fadil menjawab “Semoga Sasa terus melangkah ke
arah yang lebih baik, bukan ke arah sebaliknya. Sa, aku ngga pernah liat kamu,
denger suara kamu, kamu itu nyebelin, tapi aku ngga tau sifat kamu yang
sebenernya? Tambah besar ya, soalnya kamu itu kecil kan? Kayak semut. Banyak
makan tangga biar cepet tinggi. Sa, Kamu adalah pelaku dibalik semua kejadian
ini.” Al merasa ganjil dengan jawaban Fadil, apalagi di kalimat yang terakhir,
“Pelaku dibalik semua kejadian ini?” Al bingung, Ia bertanya lagi pada Fadil,
“Pelaku apa? Al kan ngga pernah berbuat kejahatan?” Selang beberapa menit,
Fadil menjawab “Kamu adalah pelaku yang udah ngebobol pintu hati aku, Sa.”
Alysa tercekat, sejauh ini? Ah entahlah. “Bagaimana bisa kak? Pake lingis?
Terus kalau udah bobol diapaian sekarang?” secepat kilat Fadil menjawab,
“Bukan. Dengan ahlak mu Sa. Seakarang
udah Kakak tutup lagi kok, belum saatnya.” Al menjadi gusar, “Bukan hak Al ya
Allah, maafkan Al,” hatinya menangis, mungkin sudah saatnya. Sore itu Al
langsung membuat tweet, “Tinggalkan dia | jaga hati, jaga Iman.” Tweet Al
langsung Fadil Re-Tweet.
Berhari-hari
Al jarang saling kontak dengan Fadil. “Lalu ada sahabat Fadil, yang ingin
merequest lagu Kekasih Terbaik dari Derry Firman ft. Ray Nineball dan salsilnya
untuk Alysa,” Kang Abi, sang penyiar radio membacakan SMS. “Kak Fadil? Kekasih
terbaik? Ya Allah...” Malam itu Alysa terperanjat mendengarnya, buku yang Al
baca terjatuh. Ssemakin gelisahlah hati Al. Belum lagi malam-malam berikutnya
Fadil merequest lagu Wanita surga bidadari dunia dari Oki Setiana Dewi yang
dikirimkan hanya untuk Al dan Mama kak Fadil sendiri.
Sehari
menjelang Ramadhan, Fadil bertanya pada Al, “Sa, menurut kamu interaksi kita di
dumay berlebihan ngga sih? Iya antara Aku dan kamu. Gimana pendapat kamu, dan
gimana baiknya?” Al bingung sekali harus bagaimana menjawabnya, disatu sisi Al
harus berkata jujur kalau ini terlalu berlebihan. Al merasa ia harus
melepaskan, mermbiarkan Fadil pergi.
Malam
cerah, namun ada yang salah, mengapa Al resah? Terkapar diatas kasur, terdiam,
namun dengan pikiran yang jauh mengembara. “Beep.. beep..” HP Al berbunyi, ada
telfon dari Wid. Wid adalah sahabat Al di SMP, ia menjadi pendengar setia
curhatan Al selama 2 tahun kebelakang ini.
“Ada
apa Al?” Tanya Wid.
“Aku
bingung Wid, masih ingat kan dengan motivator tempo hari? Aku harus memutuskan
hubungan ini Wid,” Desah Alysa.
“Dengan
Kak Fadil Al?” Tanya Wid kembali.
“Iya
Wid, Aku sekarang mengerti akan makna cinta sejati, cinta hakiki,” Jawab Alysa.
“Hmm,
akupun sudah melepaskan Tama Al,” Ujar Wid.
“Oke,
kita adalah High Quality Jomblo kan Wid? Lepaskan dan Ikhlaskan, semoga Allah
mendatangkan yang lebih baik kelak. I belive Wid,” Kata Alysa.
“Betul
sekali Al! Aku rasakan itu! Berjuang Al! I supported you!” Wid menyemangati Al.
Setelah
mengakhiri perbincangan dengan Wid, Alysa langsung mengirimkan message untuk
Fadil, “Assallamualaikum wr.wb. Bismillahirrahmanirrahim. Kak Fadil, kini aku
telah mengerti akan makna cinta yang sejati, cinta yang hakiki hanya kepada
Rabbi. Mulai detik ini aku putuskan untuk mengakhiri hubungan ini, daripada
terjadi fitnah dan juga zina hati yang mengotori hati, melemahkan Iman. Karena
hadist berkata bahwa zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara,
Maafkan Alysa telah membobol pintu hati kakak, bukan hak Al membuka pintu itu.
Ramadhan kali ini semoga kita mendapat kebekahan dan rahmatnya. Mari kita
sinergikan energi kita untuk meraih cintaNya. Semoga diberikan jodoh yang
terbaik. Wassalamualaikum wr.wb. Alysa.” Tombol send telah Alysa tekan. Alysa
merasa tenang, ia pun tertidur, esok Ramadhan!
Esoknya
Fadil membalas message Al, “Kamu benar Al, kita harus bersemangat menggapai
cintaNya, bukan malah ngelantur ngga jelas kemana-mana, Hus hus hus Kita putus
hubungan disini, terlalu banyak waktu terbuang, jalanmu masih panjang, jangan
pernah lelah menggapai cita dan harapan, pelangi itu indah terbentang. Dan
untuk mengklasifikasi tentang hubungan kita, kita hanya sebatas saudara seiman.
Mari kita gapai cinta dan keberkahan di bulan suci Ramadhan ini, semoga
Ramadhan kali ini lebih baik dari Ramadhan sebelumnya, jadikan cambuk untuk
kedepannya. Tetap semangat mencari ridha Allah, semangat mencintai Allah,
rindukanlah surga untuk kehidupan yang kekal, goal terbaik adalah surganya
Allah, raihlah dengan bertaqwa kepada-Nya. Aamiin.” Alysa merasa hatinya
langsung lega, kini tak ada yang mengganjal di hatinya, resah dan gundahnya
hilang sudah, relalah wahai hati. “Ramadhan tahun ini harus lebih baik!
Ramadhan Kareem! Mati-matian, tewas-tewasan buat dapet perhatian Allah aja,
bukan perhatian mahluk. Ya Rabb, tuntun Al selalu dijalan-Mu, tunjukan jalan
yang lurus, dimana jalan itu adalah jalan yang pernah dilalui orang-orang
shaleh terdahulu. Ya Allah yang Maha pembolak balik hati, kokohkan hatiku
diatas agama-Mu,” tutur Alysa lirih.
Al
melepas genggaman tangannya, secarik kertas terlepas dari genggaman Al, terbang
dibawa angin, “Kak Fadil, kau pernah berkata padaku bahwa kau ingin menjadi
seperti angin, terbang bebas sebebas-bebasnya. Itulah perkataan mu waktu itu. Bacalah
kak,” ujar Al. Selamat tinggal Kau di masa lalu.
Dear Kak Fadil,
mengudaralah dalam mencari Ridha dan CintaNya.
Terkadang seorang itu
merasakan sakit saat harus melepaskan dan mencoba belajar ikhlas. Melepaskan
genggaman, belenggu, atau entahlah. Bukankah ini seperti cakapmu padaku? Ingin
menjadi bebas sebebas angin? Relalah wahai hati... Biarkan ia bebas
sebebas-bebasnya, biarlah ia mengembara, mencari makna kata cinta yang
sesungguhnya, yaitu cinta hakiki kepada Rabbul Izzati, makna cinta sejatinya.
Detik ini aku biarkan
kau pergi, mengudara bebas, menjadi energi penggerak kincir, menjadi pembantu
benang sari dan putik dalam proses anemogami, menjadi oksigen bagi kehidupan,
menjadi penabur cinta bagi setiap insan, menjadi harapan dalam setiap helaan
nafas, begitulah caramu mencintai, tak dapat diraba, tak dapat dilihat, namun
dapat dirasa manfaatnya. Ya, Panca indra terkadang tak merasa akan hembusan
lembut cintamu, namun satu yang selalu peka merasa, hati. Bukan, kau bukan
sejenis karbon monoksida yang membunuh, bukan juga tornado yang merusak. Kau
hanyalah angin yang mengembara, menjadi seni partikel kehidupan. Tetaplah
seperti titah Tuhanmu, jangan kau lebihkan, jangan kau kurangi. Kau sendiri yang menerbangkan cerita ini, entah ke negeri
mana. Berjuta ucapan terima kasih dan salam terhambur. Kau adalah warna dalam
cerita ini, pembentuk kurva baru dalam episode ini. Tetaplah kau jadi yang
tebaik. Dan suatu hari nanti, ah itulah waktu yang indah bukan? Sehelai daun
cantik rela melepaskan genggaman si tangkai, ikhlas, sabar menerima semua
kekurangan, rela kau bawa terbang, pergi jauh dari dekapan si pohon, menjadi
penghibur kala kau lelah, menjadi tempat kau berbagi cerita tentang perjalanan
panjang hidupmu, yang akan setia menemani perjalan mengembara dalam mengudara
sampai akhir waktu dalam menjalankan titah Tuhanmu.
(Nadhifah Salsabila Firdaus, Juli 2014)