Aku tersesat, dan kau datang dengan seribu cahaya penerang,
bagaikan cahaya bulan yang menawan di gelapnya malam, dan taburan bintang
gemintang yang menghiasi langit kosong diruang hatiku, namun kau tetap sang
mentari, As-Syams.
Berawal dari sebuah perjalanan, sebuah pertemuan. Yap!
Pertemuan dengan seorang dia, dia yang merubahku, dia yang membuat aku kembali
tegak berdiri, dia yang bisa membuatku berjalan diatas derasnya sapuan ombak,
dia yang membuat aku kembali dijalan-Nya, dia yang menjadi semangatku, dia
yang, hanya dia yang bisa.
Tiga bulan yang lalu aku bertemu
dengan di acara pesantren kilat, dia menjadi pemateri di acara tersebut dan aku
menjadi peserta kala itu. Di awal acara kang Nizar memberi tahu kalau
pematerinya kali ini adalah motivator hebat, Wow terrific! Kau tahu gayanya?
Sangat sederhana, waktu itu ia berpakaian kemeja putih dibalut jas hitam, dan
oh ya plus kacamata berframe hitam. Perawakannya sedang, tidak terlalu tinggi
juga tidak terlalu pendek, tidak kurus dan tidak gemuk. Sekarang ia duduk
dibangku kelas 3 SMA di Jakarta. Muhammad Ali Qital Al Fikri namanya, nama yang
bagus pikirku. Di acara sanlat dia lebih banyak mengajak para peserta-termasuk
aku- untuk berjalan-jalan, outer and inner journey! Sebelum
berjalan-jalan dia selalu membacakan surat As-Syams namun dengan gaya yang
berbeda, yaitu dipuisikan. Aku suka ketika dia membacakan surat As-Syams dengan
gayanya itu dengan penuh penghayatan, tangan bergerak mengekspresikan apa yang
dia bacakan, As-Syams menghipnotisku! Sejak saat itu aku jatuh cinta pada surat
As-Syams, padanya? Entahlah. Disuatu sesi dia menghadiahkan aku dan sahabatku
sebuah buku kecil, waktu itu sahabatku menghampiri dia untuk meminta tanda
tangan padanya. Dan kau tahu? Dia cuek sekali, sedikit berbicara, ya itulah
dia. Tapi, jika dia sedang mengisi materi acara, dia selalu tertawa renyah,
tawanya yang selalu membuat orang yang ada di sekitarnya ikut tertawa,
mirip sekali dengan tokoh kartun kesukaanku, Bernard bear.
Sesaat tersekap dalam ruang
nostalgia, kenangan manis itu seakan-akan hadir kembali. Seperti baru sedetik
yang lalu ia memotivasiku, memompa semangatku, padahal faktanya itu kejadian 3
bulan yang lalu, pertemuan singkat namun bermakna.
"Uni, kamu ngerjain soal udah sampe mana?" tanya
Shila menyadarkanku dari lamunanku.
"Eh, oh iya baru sampe 10 nih," Jawabku.
"Kemana aja sih kamu? 10 soal lagi belum
dikerjain," Shila nyerocos lagi.
"Maaf bawel, tadi aku ngelamun muehehe," aku
nyengir kuda ke arah Ashila.
Di anatara teman-teman di kelas
cuma Shila yang mengerti aku, kadang dia jadi tanganku, kadang jadi kakiku,
kadang jadi pundak tempat untuk menumpahkan air mataku. Baru 2 tahun aku
mengenalnya, tapi tidak butuh waktu lama utnuk bersahabat dengannya.
"Oh my Allah akhirnya selesai juga," kataku
sambil meletakan pensil ditempatnya.
"Lelet, aku udah dari tadi," Shila meledek.
"Emm iya deh iya, istirahat kita ke mushala yuk shalat
dhuha'?"
"Okey kita dhuha' biar Allah ngasih petunjuk,
kemudahan dan rezekinya buat kita," jawab Ashila sambil tertawa.
Bel pulang sekolah berbunyi, hari
ini adalah jadwal lesku dan Ashila. Malas memang, seharian penuh belajar di
sekolah, belum ekstrakulikuler, eh sorenya harus les. Maklum udah kelas IX,
harus extra plus plus plus. Tapi selelah apapun aku tak pernah melewatkan
jadwal les, karena les bagaikan vitamin yang penting untuk asupan otakku.
"Shil, kamu tau ngga?" kataku memulai percakapan.
"Tau apa?" jawab Shila.
"Aku ngerasa risih sama kelakuannya si Keanu, dia
ngejar-ngejar aku terus. Dan, emm aku mulai suka padanya."
"Double what? Sahabatku tersayang, please kamu liatnya
pake kacamata anti cowoknya dong. Dia itu anak urakan, bandel, nilai
ancur-ancuran, jarang shalat, playboy cap katel. Dan kenapa kamu bisa? Huh, I
can't believe that," jawab Ashila tersentak.
"Yeah I know, Astaghfirullah, maafkan aku ya Allah,
mungkin Engkau cemburu, kuatkan keistiqamanku," kataku beristighfar.
"Uni, kau ingat buku udah putusin ajanya ust. Felix?
Buku jangan jatuh cinta tapi bangun cintanya kang Furqon? Hidup tanpa rintangan
itu takan membuat hidup menjadi lebih berasa manis, asam, asin dan pahitnya,
seperti permen nano-nano. Ayolah hajar semua halangan yang mulai membelenggu,
kau harus berdiri tegak demi bisyarah,
demi cita-citamu, demi kesuksesan dan masa depan cerahmu," Shila tersenyum
menguatkan aku.
"Iya Shil, makasih udang ngingetin, kamu sahabat yang
baik banget. Bantu aku jika ada kesulitan, ingatkan jika terlupa, luruskan
ketika aku mulai berjalan di arah yang salah," kataku sambil memeluk Shila.
"Iya Aruniku yang cantik, sahabatku tersayang. Aku
bantuin kamu, aku beritahu kamu kamu, aku luruskan kamu, dan kamu pun begitu
padaku," jawab Shila diiringi dengan tawanya.
Perjalan waktu yang begitu cepat,
seperti baru kemarin rasanya aku terlahir ke dunia. Banyak yang telah ku lewati
atau mungkin terlewatkan? Ya begitulah faktanya. Aku lewati segala halangan dan
rintangan, hajar semuanya, aku bersumpah untuk berkomitmen memegang teguh
Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai ideologi pemikiranku, bersumpah untuk selalu
setia mencintai-Nya walau dalan mencintai-Nya itu butuh pengorbanan dan
perjuangan, dan aku tahu komitmen itu berbicara totalitas!
25 Oktober 2013, di hari itu aku memproklamasikan
kemerdekaan diri di depan 2 orang saksi di mushola sekolah, Ashila dan kak
Tama. Proklamasi kemerdekaan yang singkat dan khidmat. Dan 4 orang saksi
tentunya Ayah, Umi, dan 2 orang adikku, Arina dan Ayya. Dan tentulah Allah,
rabbku yang Maha Mengetahui. Proklamasi yang berisi bahwa aku berjanji untuk
menghapuskan segala kekurangan dan menggantinya dengan kelebihan, keburukan
dengan kebaikan, untuk perubahan besar! Revolusi! Revolusi yang sudah lama ku
dambakan, yang sudah aku rencanakan 4 hari sebelumnya. 25 Oktober 2013 adalah
sejarah bagitu, loncatan awal untuk masa depan gemilang, semoga menjadi berkah
untuk semua, aamiin.
Malamnya aku menerima sms dari teh
Mutia, "Aww. Adik-adiku yang cantik dan shalehah generasi penerus bangsa,
di undang untuk hadir ke acara akademis SBC di bpkp pada hari Minggu, 27
Oktober 2013 pukul 9 pagi - ba'da ashar. Wss." Yeahhh yang kutunggu
akhirnya tiba, undangan kumpulan akademis SBC. Hari itu juga aku sibuk
mengkoordinasi anggota halaqahku,
ya karena memang sudah tugasku sebagai ketua. Malam itu sebuah sms masuk dari
Teh Mutia, isinya permohonan maaf karena teh Mutia tidak bisa hadir menyertai
jalannya acara dikarenakan harus check up kesehatan. "Yah kok teh Muti
ngga hadir?" gerutu hatiku. Tapi ya sudahlan lain waktu mungkin kita bisa
bertemu.
Esoknya, kau tahu? Anggota halaqah yang ikut akademis hanya 4 orang akhwat, dan ada pula 3 orang ikhwan, namun lain acara dan
berlainan tempat pula. Sebenarnya yang waktu itu aku pikirkan ketika berangkat
adalah bertemu As-Syams. Sayang sekali, di acara ini aku tidak bertemu
dengannya, Ya Rabb aku merindukannya? Di acara ini aku bertemu kang Fajar dan
kang Ari teman seperjuangan As-Syams, tak apalah pikirku. Sesegera mungkin aku
luruskan niay menjadi tholabul
imli lillahi ta'ala, insya
Allah sebagai ladang jihad.
27 Oktober 2013 ini adalah hari spesial ketika keimananku sedang memuncak, kang
Fajar dan kang Ari mengompori lagi keimananku, terbakar sudah semangatku.
"Memang cinta itu tidak dapat
dilihat oleh mata, tidak dapat didengar oleh telinga, tidak dapat diraba oleh
tangan, tidak dapat ditendang oleh kaki, tapi cinta dapat dirasakan dengan 2
hal, pengorbanan dan perjuangan. Ya! Cinta itu direalisasikan dalam bentuk
pengorbanan dan perjuangan, Jadilkanlah cintamu itu Surga, jadiknalah cintamu
itu sejarah untuk menjadi cermin oleh generasi selanjutnya. Berbicara tentang
pengorbanan dan perjuangan cinta. Lihatlah Rasulullah dengan cintanya kepada
kita umatnya, yang diakhir hayatnya pun dia masih memanggil kita, "Ummati!
Ummati!" Contohlan cinta para sahabat, pengorbanan dan perjuangan
melindungi Rasul di perang Badar. Totalitas cinta yang berbuah Surga,
kenikmatan yang tiada terdua. Tidakkah engkau tergiur dengan kenikmatan Surga
yang Allah janjikan? Yang dibawahnya mengalir sungai-sungai dan segala
kenikmatan ada didalamnya," ucap kang Fajar di sesi awal acara bertemakan
cinta. Apa yang kang Fajar katakan benar sekali. "Cinta pada manusia?
Boleh, namun jangan cinta karena hawa nafsu yang sesaat adanya. bangunlah cinta
kepada Rabb-mu, sesunggunya cinta kepada-Nya itu tidak akan pernah mati,"
lanjut kang Fajar. Mulai dari saat itu aku bertekad selalu mencintai-Nya, untuk
selalu membaca 144 surat cinta dari-Nya yang akan menentramkan hati dan jiwa.
As-Syams? Oh ya, dia masih ada diruang kosong hatiku, masih menjadi bulan
dengan cahaya menawan, masih menjadi bintang gemintang penghias langit malam,
dan tentu masih menjadi sang mentari yang bersinar di pagi hari, membakar
semangatku setiap hari, membakar gelora cintaku pada Rabbi, bahkan setiap
bentangan waktu yang kujalani. He is my inspirator. Thanks a lot Allah, You
give me everything, and everything is so awasome, Alhamdulillah. Playlist song
diputar kembali, samar-samar terdengar kembali lagu Jodoh Dunia Akhirat kang
Abay Motivasinger, "Kumerayu
pada Allah yang tau isi hatiku, di malam hening aku selalu mengadu, tunjukan
padaku..."
Dia yang merubahku, dia yang membuat aku kembali tegak
berdiri, dia yang membuat aku dapat berjalan di derasnya sapuan ombak, dia yang
membuat aku kembali ke jalan-Nya, dia yang menjadi semngatku, dia yang hanya
dia yang jisa. Bertemu dengannya adalah hal yang tak akan aku lupakan. You rose
me up, thanks.
(Nadhifah Salsabila Firdaus, Desember 2013)
0 komentar:
Posting Komentar