10 Juli 2014

#GazaUnderAttack #PrayForGaza #PrayForPalestine

0 komentar


Wahai Engkau yang memiliki nama-nama yang indah
            Yang dengan nama itu aku berdzikir memuji-Mu
Wahai Engkau Rabbi...
            Engkaulah Allah Ar-Rahman Ar-Rahim
            Segala puji bagi-Mu yang rahmatnya meliputi segala sesuatu
            Engkaulah Al Mu’min
            Yang menyebarkan keamanan diantara hamba-hamba-Nya
            Engkaulah Allah Al-Muhaimin
            Penguasa kerajaan di langit dan bumi,  Engkaulah yang Maha Memelihara yang tak pernah sirna
            Engkaulah Allah As-Samii’
            Yang Maha Mendengar akan permohonan mahluk-Nya, walaupun hanya tasbih seekor semut kecil
            Engkaulah Allah Al-Bashiir
            Yang Maha Melihat akan mahluk-Nya, walau hanya bentangan sayap dan aliran darah dalam urat seekor nyamuk
            Engkaulah Allah Al-Wakiil
            Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung
            Engkaulah Allah Al-Waly
            Dialah Allah Maha Pelindung, Maha Terpuji
            Engkau Allah As-Shamad
            Yang hanya kepada Engkaulah kami memohon segala sesuatu
            Engkau Allah Al-Mujiib
            Yang memperkenankan do’a- do’a hamba yang meminta

""Ya Allah berikahnlah kesabaran hati yang tiada batas pada mereka atas perjuangan panjang menegakan Izzah Islam. Ya Allah kirimkanlah tsunami pertolongan-Mu yang tiada yang bisa membendungnya, yang pertolongan itu datang, melibas dan memporak-porandakan semua zionis Yahudi laknatullah sampai ke akar. Ya Allah yang Maha Pembolak Balik Hati, kokohkanlah hati kami diatas agama-Mu. Aamiin"


5 Juli 2014

TERUNTUK ANGIN

2 komentar
Semester 6 baru saja dimulai, Alysa memulai kembali harinya dengan semangat. Bagaimana tidak? Sebentar lagi Ia akan menghadapi serangkaian ujian, dari mulai dari ujian praktek, sekolah, dan finalnya, ujian nasional. Selain sekolah, kerja kelompok, les dan kegiatan organisasi lainnya, disela kesibukannya itu Ia masih suka bermain-main dengan laptopnya, menulis, membaca buku, terkadang browsing atau online, Ia juga menjadi pendengar setia salah satu radio di kotanya.
            Awal cerita ini karena Alysa suka merequest lagu nasyid di radio kesayangannya. Ya itu awal cerita ini, Ia berkenalan dengan seorang ikhwan, Fadil namanya. Fadil adalah seorang siswa SMK kelas 3 disalah satu pesantren yang cukup terkenal. Suatu hari saat Alysa sedang bermain twitter sambil mendengarkan radio, satu interaksi masuk ke notifikasi mentionnya, “Follow back, suka dengerin mq juga?” Mmm, siapa? gumam Alysa dalam hati. Chatting, mention dengan Fadil menjadi berkepanjangan, sekarang Alysa lebih sering online. Terkadang Fadil suka merequest lagu dan mengirimkan salam silaturahmi untuk Alysa, begitupun Alysa sebaliknya. Chatting ataupun mention dari Fadil tidak pernah membuat Alysa bosan, terkadang menghiburnya mebuat Alysa tertawa. Teman-teman Alysa terkadang nyeletuk “Udahlah Al, kamu jadi aja sama Fadil, calon mahasiswa FKG loh!” Alysa menjawabnya sambil tertawa “Wah sama dokter gigi gitu?”
            Rutinitas Alysa bertambah, Fadil sering sekali memberikan semangat kepadanya, memberikan secangkir harapan, “Semangat Al, Lillah ya!”. Fadil sering mengajarkannya arti kehidupan, memberikan saran ataupun kritik, menjadi pendengar ceritanya. Ya, Fadil mengerti . Ujian Nasional baru saja usai dijalani Alysa bulan ini, Mei.  Fadil sudah lebih dulu selesai pada bulan April. Sebentar lagi Fadil akan menjadi mahasiswa, Alysa? Sebentar lagi Ia pun akan menjadi siswi SMA.
            Pernah suatu ketika, saat Alysa chatting dengan Fadil, Fadil berbiara tentang calon. Calon? Itu masih terlalu panjang! Saat bangun pagi Alysa pernah terperanjat saat mencek twitternya, Fadil menggunakan foto Alysa saat masih bayi menjadi avatar akun twitternya. Umi Alysa tau akan hal itu, malamnya Alysa dimarahi habis-habisan, “Kenapa Kau berikan foto mu saat bayi kepada ikhwan Al?” Al hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Fadil juga pernah membuat tweet “ Sa, kalau sudah besar mau jadi apa? Tanya bu guru. Aku ingin menjadi dokter hafizh bu, jawab Sasa. Adil, kalau sudah besar kamu mau jadi apa? Jadi Imamnya Sasa bu.” Tweet ini membuat Alysa tertawa, teman-teman Alysa semakin ramai meledek Al.
Suatu siang Rahma datang berkunjung ke rumah Al, Rahma adalah sahabat Alysa dari kecil.
“Al, kamu tau ngga?” Rahma membuka pembicaraan.
“Tau apa? Bukan kah kau belum menceritakannya?” Alysa tertawa.
“Kak Fadil Al, kemarin aku bertemu dengannya saat mengikuti test di Pesantren!” Ujar Rahma dengan mata berbinar.
“Oh ya? Kau bertemu dengannya?” Al penasaran. Al baru ingat Rahma akan meneruskan sekolah ke SMK di pesantren yang sama dengan Fadil, dunia ini terasa sempit.
“Jadi kemarin aku kehausan Al, Nah kebetulan banyak stand bazar. Waktu aku beli minum, kebetulan Kak Fadil yang menjaga stand bazarnya. Aku bertanya padanya, “Kak Fadil kan?” Kak Fadil jawab, “Iya, loh kok tau?” “Saya temannya Alysa kak” “Oh temannya Alysa tho, Rahma ya? Salam kenal.”  Oh ya aku juga bertanya padanya, “Kak suka sama Al ya?” tapi, kak Fadil hanya menjawab dengan tawa. Hmm, dan ia juga menitipkan salam untukmu Al.”
“Waalaikumsalam. Mmm, Kak Fadil itu aslinya gimana Ma?” Al bertanya lagi.
“Orangnya itu tinggi, kulitnya sawo matang, rambutnya keren, suaranya duh duh kayak penyiar radio, dan bibirnya itu loh Al seksi hahahahahahaha, Ia juga jago main sepeda loh Al.” Rahma tertawa menjawab pertanyaan Al kali ini.
“Seksi gimana?”
“Ya gitu, itu sih pendapat aku. Nah kalau kamu ketemu sama dia, mungkin beda lagi pendapatnya.” Jawab Rahma.
“Oh iya deh.”
“Al, kamu suka kan sama Kak Fadil? Jujur!” Tanya Rahma memaksa.
“Engga kok, Kak Fadil itu temen aja, kenalan, dia itu enak diajak ngobrol Ma.” Jawab Al.
“Ehehe kirain kamu juga suka ke dia,” Rahma terkekeh.
Siang itu Alysa dan Rahma bercerita ngalor ngidul, seperti sahabat yang lama tak jumpa. Rahma adalah seorang yang pengertian, gadis cantik, dengan mata belo, lesung pipit di pipi dan senyum yang indah. Ah Rahma, tak terasa bukan, sebentar lagi kita akan berpisah? Aku di Tanggerang, dan kau di Bandung melanjutkan studi kita masing-masing.
Cerita tempo hari masih berkelanjutan, Alysa dan Fadil semakin akrab. Sasa adalah panggilan sayang Fadil untuk Alysa. Suatu hari Alysa iseng bertanya kepada Fadil. “Dear Alysa dong.” Dan Fadil menjawab “Semoga Sasa terus melangkah ke arah yang lebih baik, bukan ke arah sebaliknya. Sa, aku ngga pernah liat kamu, denger suara kamu, kamu itu nyebelin, tapi aku ngga tau sifat kamu yang sebenernya? Tambah besar ya, soalnya kamu itu kecil kan? Kayak semut. Banyak makan tangga biar cepet tinggi. Sa, Kamu adalah pelaku dibalik semua kejadian ini.” Al merasa ganjil dengan jawaban Fadil, apalagi di kalimat yang terakhir, “Pelaku dibalik semua kejadian ini?” Al bingung, Ia bertanya lagi pada Fadil, “Pelaku apa? Al kan ngga pernah berbuat kejahatan?” Selang beberapa menit, Fadil menjawab “Kamu adalah pelaku yang udah ngebobol pintu hati aku, Sa.” Alysa tercekat, sejauh ini? Ah entahlah. “Bagaimana bisa kak? Pake lingis? Terus kalau udah bobol diapaian sekarang?” secepat kilat Fadil menjawab, “Bukan.  Dengan ahlak mu Sa. Seakarang udah Kakak tutup lagi kok, belum saatnya.” Al menjadi gusar, “Bukan hak Al ya Allah, maafkan Al,” hatinya menangis, mungkin sudah saatnya. Sore itu Al langsung membuat tweet, “Tinggalkan dia | jaga hati, jaga Iman.” Tweet Al langsung Fadil Re-Tweet.
Berhari-hari Al jarang saling kontak dengan Fadil. “Lalu ada sahabat Fadil, yang ingin merequest lagu Kekasih Terbaik dari Derry Firman ft. Ray Nineball dan salsilnya untuk Alysa,” Kang Abi, sang penyiar radio membacakan SMS. “Kak Fadil? Kekasih terbaik? Ya Allah...” Malam itu Alysa terperanjat mendengarnya, buku yang Al baca terjatuh. Ssemakin gelisahlah hati Al. Belum lagi malam-malam berikutnya Fadil merequest lagu Wanita surga bidadari dunia dari Oki Setiana Dewi yang dikirimkan hanya untuk Al dan Mama kak Fadil sendiri.
Sehari menjelang Ramadhan, Fadil bertanya pada Al, “Sa, menurut kamu interaksi kita di dumay berlebihan ngga sih? Iya antara Aku dan kamu. Gimana pendapat kamu, dan gimana baiknya?” Al bingung sekali harus bagaimana menjawabnya, disatu sisi Al harus berkata jujur kalau ini terlalu berlebihan. Al merasa ia harus melepaskan, mermbiarkan Fadil pergi.
Malam cerah, namun ada yang salah, mengapa Al resah? Terkapar diatas kasur, terdiam, namun dengan pikiran yang jauh mengembara. “Beep.. beep..” HP Al berbunyi, ada telfon dari Wid. Wid adalah sahabat Al di SMP, ia menjadi pendengar setia curhatan Al selama 2 tahun kebelakang ini.
“Ada apa Al?” Tanya Wid.
“Aku bingung Wid, masih ingat kan dengan motivator tempo hari? Aku harus memutuskan hubungan ini Wid,” Desah Alysa.
“Dengan Kak Fadil Al?” Tanya Wid kembali.
“Iya Wid, Aku sekarang mengerti akan makna cinta sejati, cinta hakiki,” Jawab Alysa.
“Hmm, akupun sudah melepaskan Tama Al,” Ujar Wid.
“Oke, kita adalah High Quality Jomblo kan Wid? Lepaskan dan Ikhlaskan, semoga Allah mendatangkan yang lebih baik kelak. I belive Wid,” Kata Alysa.
“Betul sekali Al! Aku rasakan itu! Berjuang Al! I supported you!” Wid menyemangati Al.
Setelah mengakhiri perbincangan dengan Wid, Alysa langsung mengirimkan message untuk Fadil, “Assallamualaikum wr.wb. Bismillahirrahmanirrahim. Kak Fadil, kini aku telah mengerti akan makna cinta yang sejati, cinta yang hakiki hanya kepada Rabbi. Mulai detik ini aku putuskan untuk mengakhiri hubungan ini, daripada terjadi fitnah dan juga zina hati yang mengotori hati, melemahkan Iman. Karena hadist berkata bahwa zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, Maafkan Alysa telah membobol pintu hati kakak, bukan hak Al membuka pintu itu. Ramadhan kali ini semoga kita mendapat kebekahan dan rahmatnya. Mari kita sinergikan energi kita untuk meraih cintaNya. Semoga diberikan jodoh yang terbaik. Wassalamualaikum wr.wb. Alysa.” Tombol send telah Alysa tekan. Alysa merasa tenang, ia pun tertidur, esok Ramadhan!
Esoknya Fadil membalas message Al, “Kamu benar Al, kita harus bersemangat menggapai cintaNya, bukan malah ngelantur ngga jelas kemana-mana, Hus hus hus Kita putus hubungan disini, terlalu banyak waktu terbuang, jalanmu masih panjang, jangan pernah lelah menggapai cita dan harapan, pelangi itu indah terbentang. Dan untuk mengklasifikasi tentang hubungan kita, kita hanya sebatas saudara seiman. Mari kita gapai cinta dan keberkahan di bulan suci Ramadhan ini, semoga Ramadhan kali ini lebih baik dari Ramadhan sebelumnya, jadikan cambuk untuk kedepannya. Tetap semangat mencari ridha Allah, semangat mencintai Allah, rindukanlah surga untuk kehidupan yang kekal, goal terbaik adalah surganya Allah, raihlah dengan bertaqwa kepada-Nya. Aamiin.” Alysa merasa hatinya langsung lega, kini tak ada yang mengganjal di hatinya, resah dan gundahnya hilang sudah, relalah wahai hati. “Ramadhan tahun ini harus lebih baik! Ramadhan Kareem! Mati-matian, tewas-tewasan buat dapet perhatian Allah aja, bukan perhatian mahluk. Ya Rabb, tuntun Al selalu dijalan-Mu, tunjukan jalan yang lurus, dimana jalan itu adalah jalan yang pernah dilalui orang-orang shaleh terdahulu. Ya Allah yang Maha pembolak balik hati, kokohkan hatiku diatas agama-Mu,” tutur Alysa lirih.
Al melepas genggaman tangannya, secarik kertas terlepas dari genggaman Al, terbang dibawa angin, “Kak Fadil, kau pernah berkata padaku bahwa kau ingin menjadi seperti angin, terbang bebas sebebas-bebasnya. Itulah perkataan mu waktu itu. Bacalah kak,” ujar Al. Selamat tinggal Kau di masa lalu.

Dear Kak Fadil, mengudaralah dalam mencari Ridha dan CintaNya.

Terkadang seorang itu merasakan sakit saat harus melepaskan dan mencoba belajar ikhlas. Melepaskan genggaman, belenggu, atau entahlah. Bukankah ini seperti cakapmu padaku? Ingin menjadi bebas sebebas angin? Relalah wahai hati... Biarkan ia bebas sebebas-bebasnya, biarlah ia mengembara, mencari makna kata cinta yang sesungguhnya, yaitu cinta hakiki kepada Rabbul Izzati, makna cinta sejatinya.

Detik ini aku biarkan kau pergi, mengudara bebas, menjadi energi penggerak kincir, menjadi pembantu benang sari dan putik dalam proses anemogami, menjadi oksigen bagi kehidupan, menjadi penabur cinta bagi setiap insan, menjadi harapan dalam setiap helaan nafas, begitulah caramu mencintai, tak dapat diraba, tak dapat dilihat, namun dapat dirasa manfaatnya. Ya, Panca indra terkadang tak merasa akan hembusan lembut cintamu, namun satu yang selalu peka merasa, hati. Bukan, kau bukan sejenis karbon monoksida yang membunuh, bukan juga tornado yang merusak. Kau hanyalah angin yang mengembara, menjadi seni partikel kehidupan. Tetaplah seperti titah Tuhanmu, jangan kau lebihkan, jangan kau kurangi. Kau sendiri  yang menerbangkan cerita ini, entah ke negeri mana. Berjuta ucapan terima kasih dan salam terhambur. Kau adalah warna dalam cerita ini, pembentuk kurva baru dalam episode ini. Tetaplah kau jadi yang tebaik. Dan suatu hari nanti, ah itulah waktu yang indah bukan? Sehelai daun cantik rela melepaskan genggaman si tangkai, ikhlas, sabar menerima semua kekurangan, rela kau bawa terbang, pergi jauh dari dekapan si pohon, menjadi penghibur kala kau lelah, menjadi tempat kau berbagi cerita tentang perjalanan panjang hidupmu, yang akan setia menemani perjalan mengembara dalam mengudara sampai akhir waktu dalam menjalankan titah Tuhanmu.

(Nadhifah Salsabila Firdaus, Juli 2014)

YOU ROSE ME UP

0 komentar
Aku tersesat, dan kau datang dengan seribu cahaya penerang, bagaikan cahaya bulan yang menawan di gelapnya malam, dan taburan bintang gemintang yang menghiasi langit kosong diruang hatiku, namun kau tetap sang mentari, As-Syams.

Berawal dari sebuah perjalanan, sebuah pertemuan. Yap! Pertemuan dengan seorang dia, dia yang merubahku, dia yang membuat aku kembali tegak berdiri, dia yang bisa membuatku berjalan diatas derasnya sapuan ombak, dia yang membuat aku kembali dijalan-Nya, dia yang menjadi semangatku, dia yang, hanya dia yang bisa.

Tiga bulan yang lalu aku bertemu dengan di acara pesantren kilat, dia menjadi pemateri di acara tersebut dan aku menjadi peserta kala itu. Di awal acara kang Nizar memberi tahu kalau pematerinya kali ini adalah motivator hebat, Wow terrific! Kau tahu gayanya? Sangat sederhana, waktu itu ia berpakaian kemeja putih dibalut jas hitam, dan oh ya plus kacamata berframe hitam. Perawakannya sedang, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, tidak kurus dan tidak gemuk. Sekarang ia duduk dibangku kelas 3 SMA di Jakarta. Muhammad Ali Qital Al Fikri namanya, nama yang bagus pikirku. Di acara sanlat dia lebih banyak mengajak para peserta-termasuk aku- untuk berjalan-jalan, outer and inner journey! Sebelum berjalan-jalan dia selalu membacakan surat As-Syams namun dengan gaya yang berbeda, yaitu dipuisikan. Aku suka ketika dia membacakan surat As-Syams dengan gayanya itu dengan penuh penghayatan, tangan bergerak mengekspresikan apa yang dia bacakan, As-Syams menghipnotisku! Sejak saat itu aku jatuh cinta pada surat As-Syams, padanya? Entahlah. Disuatu sesi dia menghadiahkan aku dan sahabatku sebuah buku kecil, waktu itu sahabatku menghampiri dia untuk meminta tanda tangan padanya. Dan kau tahu? Dia cuek sekali, sedikit berbicara, ya itulah dia. Tapi, jika dia sedang mengisi materi acara, dia selalu tertawa renyah, tawanya yang selalu membuat orang yang ada di sekitarnya  ikut tertawa, mirip sekali dengan tokoh kartun kesukaanku, Bernard bear.

Sesaat tersekap dalam ruang nostalgia, kenangan manis itu seakan-akan hadir kembali. Seperti baru sedetik yang lalu ia memotivasiku, memompa semangatku, padahal faktanya itu kejadian 3 bulan yang lalu, pertemuan singkat namun bermakna.

"Uni, kamu ngerjain soal udah sampe mana?" tanya Shila menyadarkanku dari lamunanku.
"Eh, oh iya baru sampe 10 nih," Jawabku.
"Kemana aja sih kamu? 10 soal lagi belum dikerjain," Shila nyerocos lagi.
"Maaf bawel, tadi aku ngelamun muehehe," aku nyengir kuda ke arah Ashila.

Di anatara teman-teman di kelas cuma Shila yang mengerti aku, kadang dia jadi tanganku, kadang jadi kakiku, kadang jadi pundak tempat untuk menumpahkan air mataku. Baru 2 tahun aku mengenalnya, tapi tidak butuh waktu lama utnuk bersahabat dengannya.

"Oh my Allah akhirnya selesai juga," kataku sambil meletakan pensil ditempatnya.

"Lelet, aku udah dari tadi," Shila meledek.
"Emm iya deh iya, istirahat kita ke mushala yuk shalat dhuha'?"
"Okey kita dhuha' biar  Allah ngasih petunjuk, kemudahan dan rezekinya buat kita," jawab Ashila sambil tertawa.

Bel pulang sekolah berbunyi, hari ini adalah jadwal lesku dan Ashila. Malas memang, seharian penuh belajar di sekolah, belum ekstrakulikuler, eh sorenya harus les. Maklum udah kelas IX, harus extra plus plus plus. Tapi selelah apapun aku tak pernah melewatkan jadwal les, karena les bagaikan vitamin yang penting untuk asupan otakku.

"Shil, kamu tau ngga?" kataku memulai percakapan.
"Tau apa?" jawab Shila.
"Aku ngerasa risih sama kelakuannya si Keanu, dia ngejar-ngejar aku terus. Dan, emm aku mulai suka padanya."
"Double what? Sahabatku tersayang, please kamu liatnya pake kacamata anti cowoknya dong. Dia itu anak urakan, bandel, nilai ancur-ancuran, jarang shalat, playboy cap katel. Dan kenapa kamu bisa? Huh, I can't believe that," jawab Ashila tersentak.
"Yeah I know, Astaghfirullah, maafkan aku ya Allah, mungkin Engkau cemburu, kuatkan keistiqamanku," kataku beristighfar.
"Uni, kau ingat buku udah putusin ajanya ust. Felix? Buku jangan jatuh cinta tapi bangun cintanya kang Furqon? Hidup tanpa rintangan itu takan membuat hidup menjadi lebih berasa manis, asam, asin dan pahitnya, seperti permen nano-nano. Ayolah hajar semua halangan yang mulai membelenggu, kau harus berdiri tegak demi bisyarah, demi cita-citamu, demi kesuksesan dan masa depan cerahmu," Shila tersenyum menguatkan aku.
"Iya Shil, makasih udang ngingetin, kamu sahabat yang baik banget. Bantu aku jika ada kesulitan, ingatkan jika terlupa, luruskan ketika aku mulai berjalan di arah yang salah," kataku sambil memeluk Shila.
"Iya Aruniku yang cantik, sahabatku tersayang. Aku bantuin kamu, aku beritahu kamu kamu, aku luruskan kamu, dan kamu pun begitu padaku," jawab Shila diiringi dengan tawanya.

Perjalan waktu yang begitu cepat, seperti baru kemarin rasanya aku terlahir ke dunia. Banyak yang telah ku lewati atau mungkin terlewatkan? Ya begitulah faktanya. Aku lewati segala halangan dan rintangan, hajar semuanya, aku bersumpah untuk berkomitmen memegang teguh Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai ideologi pemikiranku, bersumpah untuk selalu setia mencintai-Nya walau dalan mencintai-Nya itu butuh pengorbanan dan perjuangan, dan aku tahu komitmen itu berbicara totalitas!

25 Oktober 2013, di hari itu aku memproklamasikan kemerdekaan diri di depan 2 orang saksi di mushola sekolah, Ashila dan kak Tama. Proklamasi kemerdekaan yang singkat dan khidmat. Dan 4 orang saksi tentunya Ayah, Umi, dan 2 orang adikku, Arina dan Ayya. Dan tentulah Allah, rabbku yang Maha Mengetahui. Proklamasi yang berisi bahwa aku berjanji untuk menghapuskan segala kekurangan dan menggantinya dengan kelebihan, keburukan dengan kebaikan, untuk perubahan besar! Revolusi! Revolusi yang sudah lama ku dambakan, yang sudah aku rencanakan 4 hari sebelumnya. 25 Oktober 2013 adalah sejarah bagitu, loncatan awal untuk masa depan gemilang, semoga menjadi berkah untuk semua, aamiin.

Malamnya aku menerima sms dari teh Mutia, "Aww. Adik-adiku yang cantik dan shalehah generasi penerus bangsa, di undang untuk hadir ke acara akademis SBC di bpkp pada hari Minggu, 27 Oktober 2013 pukul 9 pagi - ba'da ashar. Wss." Yeahhh yang kutunggu akhirnya tiba, undangan kumpulan akademis SBC. Hari itu juga aku sibuk mengkoordinasi anggota halaqahku, ya karena memang sudah tugasku sebagai ketua. Malam itu sebuah sms masuk dari Teh Mutia, isinya permohonan maaf karena teh Mutia tidak bisa hadir menyertai jalannya acara dikarenakan harus check up kesehatan. "Yah kok teh Muti ngga hadir?" gerutu hatiku. Tapi ya sudahlan lain waktu mungkin kita bisa bertemu.

Esoknya, kau tahu? Anggota halaqah yang ikut akademis hanya 4 orang akhwat, dan ada pula 3 orang ikhwan, namun lain acara dan berlainan tempat pula. Sebenarnya yang waktu itu aku pikirkan ketika berangkat adalah bertemu As-Syams. Sayang sekali, di acara ini aku tidak bertemu dengannya, Ya Rabb aku merindukannya? Di acara ini aku bertemu kang Fajar dan kang Ari teman seperjuangan As-Syams, tak apalah pikirku. Sesegera mungkin aku luruskan niay menjadi tholabul imli lillahi ta'ala, insya Allah sebagai ladang jihad. 27 Oktober 2013 ini adalah hari spesial ketika keimananku sedang memuncak, kang Fajar dan kang Ari mengompori lagi keimananku, terbakar sudah semangatku.

"Memang cinta itu tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat didengar oleh telinga, tidak dapat diraba oleh tangan, tidak dapat ditendang oleh kaki, tapi cinta dapat dirasakan dengan 2 hal, pengorbanan dan perjuangan. Ya! Cinta itu direalisasikan dalam bentuk pengorbanan dan perjuangan, Jadilkanlah cintamu itu Surga, jadiknalah cintamu itu sejarah untuk menjadi cermin oleh generasi selanjutnya. Berbicara tentang pengorbanan dan perjuangan cinta. Lihatlah Rasulullah dengan cintanya kepada kita umatnya, yang diakhir hayatnya pun dia masih memanggil kita, "Ummati! Ummati!" Contohlan cinta para sahabat, pengorbanan dan perjuangan melindungi Rasul di perang Badar. Totalitas cinta yang berbuah Surga, kenikmatan yang tiada terdua. Tidakkah engkau tergiur dengan kenikmatan Surga yang Allah janjikan? Yang dibawahnya mengalir sungai-sungai dan segala kenikmatan ada didalamnya," ucap kang Fajar di sesi awal acara bertemakan cinta. Apa yang kang Fajar katakan benar sekali. "Cinta pada manusia? Boleh, namun jangan cinta karena hawa nafsu yang sesaat adanya. bangunlah cinta kepada Rabb-mu, sesunggunya cinta kepada-Nya itu tidak akan pernah mati," lanjut kang Fajar. Mulai dari saat itu aku bertekad selalu mencintai-Nya, untuk selalu membaca 144 surat cinta dari-Nya yang akan menentramkan hati dan jiwa. As-Syams? Oh ya, dia masih ada diruang kosong hatiku, masih menjadi bulan dengan cahaya menawan, masih menjadi bintang gemintang penghias langit malam, dan tentu masih menjadi sang mentari yang bersinar di pagi hari, membakar semangatku setiap hari, membakar gelora cintaku pada Rabbi, bahkan setiap bentangan waktu yang kujalani. He is my inspirator. Thanks a lot Allah, You give me everything, and everything is so awasome, Alhamdulillah. Playlist song diputar kembali, samar-samar terdengar kembali lagu Jodoh Dunia Akhirat kang Abay Motivasinger, "Kumerayu pada Allah yang tau isi hatiku, di malam hening aku selalu mengadu, tunjukan padaku..."

Dia yang merubahku, dia yang membuat aku kembali tegak berdiri, dia yang membuat aku dapat berjalan di derasnya sapuan ombak, dia yang membuat aku kembali ke jalan-Nya, dia yang menjadi semngatku, dia yang hanya dia yang jisa. Bertemu dengannya adalah hal yang tak akan aku lupakan. You rose me up, thanks.

(Nadhifah Salsabila Firdaus, Desember 2013)