5 Juli 2014

TERUNTUK ANGIN

Semester 6 baru saja dimulai, Alysa memulai kembali harinya dengan semangat. Bagaimana tidak? Sebentar lagi Ia akan menghadapi serangkaian ujian, dari mulai dari ujian praktek, sekolah, dan finalnya, ujian nasional. Selain sekolah, kerja kelompok, les dan kegiatan organisasi lainnya, disela kesibukannya itu Ia masih suka bermain-main dengan laptopnya, menulis, membaca buku, terkadang browsing atau online, Ia juga menjadi pendengar setia salah satu radio di kotanya.
            Awal cerita ini karena Alysa suka merequest lagu nasyid di radio kesayangannya. Ya itu awal cerita ini, Ia berkenalan dengan seorang ikhwan, Fadil namanya. Fadil adalah seorang siswa SMK kelas 3 disalah satu pesantren yang cukup terkenal. Suatu hari saat Alysa sedang bermain twitter sambil mendengarkan radio, satu interaksi masuk ke notifikasi mentionnya, “Follow back, suka dengerin mq juga?” Mmm, siapa? gumam Alysa dalam hati. Chatting, mention dengan Fadil menjadi berkepanjangan, sekarang Alysa lebih sering online. Terkadang Fadil suka merequest lagu dan mengirimkan salam silaturahmi untuk Alysa, begitupun Alysa sebaliknya. Chatting ataupun mention dari Fadil tidak pernah membuat Alysa bosan, terkadang menghiburnya mebuat Alysa tertawa. Teman-teman Alysa terkadang nyeletuk “Udahlah Al, kamu jadi aja sama Fadil, calon mahasiswa FKG loh!” Alysa menjawabnya sambil tertawa “Wah sama dokter gigi gitu?”
            Rutinitas Alysa bertambah, Fadil sering sekali memberikan semangat kepadanya, memberikan secangkir harapan, “Semangat Al, Lillah ya!”. Fadil sering mengajarkannya arti kehidupan, memberikan saran ataupun kritik, menjadi pendengar ceritanya. Ya, Fadil mengerti . Ujian Nasional baru saja usai dijalani Alysa bulan ini, Mei.  Fadil sudah lebih dulu selesai pada bulan April. Sebentar lagi Fadil akan menjadi mahasiswa, Alysa? Sebentar lagi Ia pun akan menjadi siswi SMA.
            Pernah suatu ketika, saat Alysa chatting dengan Fadil, Fadil berbiara tentang calon. Calon? Itu masih terlalu panjang! Saat bangun pagi Alysa pernah terperanjat saat mencek twitternya, Fadil menggunakan foto Alysa saat masih bayi menjadi avatar akun twitternya. Umi Alysa tau akan hal itu, malamnya Alysa dimarahi habis-habisan, “Kenapa Kau berikan foto mu saat bayi kepada ikhwan Al?” Al hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Fadil juga pernah membuat tweet “ Sa, kalau sudah besar mau jadi apa? Tanya bu guru. Aku ingin menjadi dokter hafizh bu, jawab Sasa. Adil, kalau sudah besar kamu mau jadi apa? Jadi Imamnya Sasa bu.” Tweet ini membuat Alysa tertawa, teman-teman Alysa semakin ramai meledek Al.
Suatu siang Rahma datang berkunjung ke rumah Al, Rahma adalah sahabat Alysa dari kecil.
“Al, kamu tau ngga?” Rahma membuka pembicaraan.
“Tau apa? Bukan kah kau belum menceritakannya?” Alysa tertawa.
“Kak Fadil Al, kemarin aku bertemu dengannya saat mengikuti test di Pesantren!” Ujar Rahma dengan mata berbinar.
“Oh ya? Kau bertemu dengannya?” Al penasaran. Al baru ingat Rahma akan meneruskan sekolah ke SMK di pesantren yang sama dengan Fadil, dunia ini terasa sempit.
“Jadi kemarin aku kehausan Al, Nah kebetulan banyak stand bazar. Waktu aku beli minum, kebetulan Kak Fadil yang menjaga stand bazarnya. Aku bertanya padanya, “Kak Fadil kan?” Kak Fadil jawab, “Iya, loh kok tau?” “Saya temannya Alysa kak” “Oh temannya Alysa tho, Rahma ya? Salam kenal.”  Oh ya aku juga bertanya padanya, “Kak suka sama Al ya?” tapi, kak Fadil hanya menjawab dengan tawa. Hmm, dan ia juga menitipkan salam untukmu Al.”
“Waalaikumsalam. Mmm, Kak Fadil itu aslinya gimana Ma?” Al bertanya lagi.
“Orangnya itu tinggi, kulitnya sawo matang, rambutnya keren, suaranya duh duh kayak penyiar radio, dan bibirnya itu loh Al seksi hahahahahahaha, Ia juga jago main sepeda loh Al.” Rahma tertawa menjawab pertanyaan Al kali ini.
“Seksi gimana?”
“Ya gitu, itu sih pendapat aku. Nah kalau kamu ketemu sama dia, mungkin beda lagi pendapatnya.” Jawab Rahma.
“Oh iya deh.”
“Al, kamu suka kan sama Kak Fadil? Jujur!” Tanya Rahma memaksa.
“Engga kok, Kak Fadil itu temen aja, kenalan, dia itu enak diajak ngobrol Ma.” Jawab Al.
“Ehehe kirain kamu juga suka ke dia,” Rahma terkekeh.
Siang itu Alysa dan Rahma bercerita ngalor ngidul, seperti sahabat yang lama tak jumpa. Rahma adalah seorang yang pengertian, gadis cantik, dengan mata belo, lesung pipit di pipi dan senyum yang indah. Ah Rahma, tak terasa bukan, sebentar lagi kita akan berpisah? Aku di Tanggerang, dan kau di Bandung melanjutkan studi kita masing-masing.
Cerita tempo hari masih berkelanjutan, Alysa dan Fadil semakin akrab. Sasa adalah panggilan sayang Fadil untuk Alysa. Suatu hari Alysa iseng bertanya kepada Fadil. “Dear Alysa dong.” Dan Fadil menjawab “Semoga Sasa terus melangkah ke arah yang lebih baik, bukan ke arah sebaliknya. Sa, aku ngga pernah liat kamu, denger suara kamu, kamu itu nyebelin, tapi aku ngga tau sifat kamu yang sebenernya? Tambah besar ya, soalnya kamu itu kecil kan? Kayak semut. Banyak makan tangga biar cepet tinggi. Sa, Kamu adalah pelaku dibalik semua kejadian ini.” Al merasa ganjil dengan jawaban Fadil, apalagi di kalimat yang terakhir, “Pelaku dibalik semua kejadian ini?” Al bingung, Ia bertanya lagi pada Fadil, “Pelaku apa? Al kan ngga pernah berbuat kejahatan?” Selang beberapa menit, Fadil menjawab “Kamu adalah pelaku yang udah ngebobol pintu hati aku, Sa.” Alysa tercekat, sejauh ini? Ah entahlah. “Bagaimana bisa kak? Pake lingis? Terus kalau udah bobol diapaian sekarang?” secepat kilat Fadil menjawab, “Bukan.  Dengan ahlak mu Sa. Seakarang udah Kakak tutup lagi kok, belum saatnya.” Al menjadi gusar, “Bukan hak Al ya Allah, maafkan Al,” hatinya menangis, mungkin sudah saatnya. Sore itu Al langsung membuat tweet, “Tinggalkan dia | jaga hati, jaga Iman.” Tweet Al langsung Fadil Re-Tweet.
Berhari-hari Al jarang saling kontak dengan Fadil. “Lalu ada sahabat Fadil, yang ingin merequest lagu Kekasih Terbaik dari Derry Firman ft. Ray Nineball dan salsilnya untuk Alysa,” Kang Abi, sang penyiar radio membacakan SMS. “Kak Fadil? Kekasih terbaik? Ya Allah...” Malam itu Alysa terperanjat mendengarnya, buku yang Al baca terjatuh. Ssemakin gelisahlah hati Al. Belum lagi malam-malam berikutnya Fadil merequest lagu Wanita surga bidadari dunia dari Oki Setiana Dewi yang dikirimkan hanya untuk Al dan Mama kak Fadil sendiri.
Sehari menjelang Ramadhan, Fadil bertanya pada Al, “Sa, menurut kamu interaksi kita di dumay berlebihan ngga sih? Iya antara Aku dan kamu. Gimana pendapat kamu, dan gimana baiknya?” Al bingung sekali harus bagaimana menjawabnya, disatu sisi Al harus berkata jujur kalau ini terlalu berlebihan. Al merasa ia harus melepaskan, mermbiarkan Fadil pergi.
Malam cerah, namun ada yang salah, mengapa Al resah? Terkapar diatas kasur, terdiam, namun dengan pikiran yang jauh mengembara. “Beep.. beep..” HP Al berbunyi, ada telfon dari Wid. Wid adalah sahabat Al di SMP, ia menjadi pendengar setia curhatan Al selama 2 tahun kebelakang ini.
“Ada apa Al?” Tanya Wid.
“Aku bingung Wid, masih ingat kan dengan motivator tempo hari? Aku harus memutuskan hubungan ini Wid,” Desah Alysa.
“Dengan Kak Fadil Al?” Tanya Wid kembali.
“Iya Wid, Aku sekarang mengerti akan makna cinta sejati, cinta hakiki,” Jawab Alysa.
“Hmm, akupun sudah melepaskan Tama Al,” Ujar Wid.
“Oke, kita adalah High Quality Jomblo kan Wid? Lepaskan dan Ikhlaskan, semoga Allah mendatangkan yang lebih baik kelak. I belive Wid,” Kata Alysa.
“Betul sekali Al! Aku rasakan itu! Berjuang Al! I supported you!” Wid menyemangati Al.
Setelah mengakhiri perbincangan dengan Wid, Alysa langsung mengirimkan message untuk Fadil, “Assallamualaikum wr.wb. Bismillahirrahmanirrahim. Kak Fadil, kini aku telah mengerti akan makna cinta yang sejati, cinta yang hakiki hanya kepada Rabbi. Mulai detik ini aku putuskan untuk mengakhiri hubungan ini, daripada terjadi fitnah dan juga zina hati yang mengotori hati, melemahkan Iman. Karena hadist berkata bahwa zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, Maafkan Alysa telah membobol pintu hati kakak, bukan hak Al membuka pintu itu. Ramadhan kali ini semoga kita mendapat kebekahan dan rahmatnya. Mari kita sinergikan energi kita untuk meraih cintaNya. Semoga diberikan jodoh yang terbaik. Wassalamualaikum wr.wb. Alysa.” Tombol send telah Alysa tekan. Alysa merasa tenang, ia pun tertidur, esok Ramadhan!
Esoknya Fadil membalas message Al, “Kamu benar Al, kita harus bersemangat menggapai cintaNya, bukan malah ngelantur ngga jelas kemana-mana, Hus hus hus Kita putus hubungan disini, terlalu banyak waktu terbuang, jalanmu masih panjang, jangan pernah lelah menggapai cita dan harapan, pelangi itu indah terbentang. Dan untuk mengklasifikasi tentang hubungan kita, kita hanya sebatas saudara seiman. Mari kita gapai cinta dan keberkahan di bulan suci Ramadhan ini, semoga Ramadhan kali ini lebih baik dari Ramadhan sebelumnya, jadikan cambuk untuk kedepannya. Tetap semangat mencari ridha Allah, semangat mencintai Allah, rindukanlah surga untuk kehidupan yang kekal, goal terbaik adalah surganya Allah, raihlah dengan bertaqwa kepada-Nya. Aamiin.” Alysa merasa hatinya langsung lega, kini tak ada yang mengganjal di hatinya, resah dan gundahnya hilang sudah, relalah wahai hati. “Ramadhan tahun ini harus lebih baik! Ramadhan Kareem! Mati-matian, tewas-tewasan buat dapet perhatian Allah aja, bukan perhatian mahluk. Ya Rabb, tuntun Al selalu dijalan-Mu, tunjukan jalan yang lurus, dimana jalan itu adalah jalan yang pernah dilalui orang-orang shaleh terdahulu. Ya Allah yang Maha pembolak balik hati, kokohkan hatiku diatas agama-Mu,” tutur Alysa lirih.
Al melepas genggaman tangannya, secarik kertas terlepas dari genggaman Al, terbang dibawa angin, “Kak Fadil, kau pernah berkata padaku bahwa kau ingin menjadi seperti angin, terbang bebas sebebas-bebasnya. Itulah perkataan mu waktu itu. Bacalah kak,” ujar Al. Selamat tinggal Kau di masa lalu.

Dear Kak Fadil, mengudaralah dalam mencari Ridha dan CintaNya.

Terkadang seorang itu merasakan sakit saat harus melepaskan dan mencoba belajar ikhlas. Melepaskan genggaman, belenggu, atau entahlah. Bukankah ini seperti cakapmu padaku? Ingin menjadi bebas sebebas angin? Relalah wahai hati... Biarkan ia bebas sebebas-bebasnya, biarlah ia mengembara, mencari makna kata cinta yang sesungguhnya, yaitu cinta hakiki kepada Rabbul Izzati, makna cinta sejatinya.

Detik ini aku biarkan kau pergi, mengudara bebas, menjadi energi penggerak kincir, menjadi pembantu benang sari dan putik dalam proses anemogami, menjadi oksigen bagi kehidupan, menjadi penabur cinta bagi setiap insan, menjadi harapan dalam setiap helaan nafas, begitulah caramu mencintai, tak dapat diraba, tak dapat dilihat, namun dapat dirasa manfaatnya. Ya, Panca indra terkadang tak merasa akan hembusan lembut cintamu, namun satu yang selalu peka merasa, hati. Bukan, kau bukan sejenis karbon monoksida yang membunuh, bukan juga tornado yang merusak. Kau hanyalah angin yang mengembara, menjadi seni partikel kehidupan. Tetaplah seperti titah Tuhanmu, jangan kau lebihkan, jangan kau kurangi. Kau sendiri  yang menerbangkan cerita ini, entah ke negeri mana. Berjuta ucapan terima kasih dan salam terhambur. Kau adalah warna dalam cerita ini, pembentuk kurva baru dalam episode ini. Tetaplah kau jadi yang tebaik. Dan suatu hari nanti, ah itulah waktu yang indah bukan? Sehelai daun cantik rela melepaskan genggaman si tangkai, ikhlas, sabar menerima semua kekurangan, rela kau bawa terbang, pergi jauh dari dekapan si pohon, menjadi penghibur kala kau lelah, menjadi tempat kau berbagi cerita tentang perjalanan panjang hidupmu, yang akan setia menemani perjalan mengembara dalam mengudara sampai akhir waktu dalam menjalankan titah Tuhanmu.

(Nadhifah Salsabila Firdaus, Juli 2014)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Sebelumnya terimakasih sampe dijadiin cerpen di blognya Nadhifah. Dan maaf juga jika selama ini selama hadirnya kaka dalam kehidupannya Nadhifah, mengganggu hubungan Nadhifah sama Sang Pemilik Cinta Yang Hakiki yaitu Allah SWT.

Disana ada kata yang salah, bukan mengklasifikasi tapi mengklarifikasi.

Insya allah, kaka juga nanti bikin cerita di blog, tapi ngga tau kapan, da blognya juga belum ada hehe :v

Dear Alysa... semoga makin istiqomah ke Allah nya, makin rajin ibadahnya, makin sayang sama ayah dan umi nya, makin sholehah lagi ya.. gatau harus ngomong apalagi ini teh

Cukup jadi yang terbaik di hadapan Allah aja dah, semoga menjadi insan yang mulia dihadapan Allah SWT.

Kaka sendiri masih sangat jauh dari yang terbaik, dari harapan orang tua, tapi insya allah akan tetap terus berusaha untuk menjadi lebih baik.

Unknown mengatakan...

Oke, aku sampein nanti ke Al :D
iya salah -_-

Posting Komentar